Friday, May 05, 2000

Hujan Yang Hangat


Sekilat jelingan manja
seleret senyuman pertama
guruh berdentum petanda mula
melemaskan aku dalam rangkulan
menghanyutkan aku dalam ketulusan

jujur benar untaian bicara
tempias menjadi saksi sekata
julung kali kau jual hati berbisa
gerimis manis merantai seluruh jiwa
sentuhan dingin menusuk kewarasan kita

kita basah bersama
kita hangat bersama

Ahh…
seluruh tubuh dibasahi
indahnya kurniaan illahi
halusnya pembalut berahi
bayu dingin setia mengiringi
terserlah ketakjuban dua hati
terjurai cinta kasih mengoles pipi
meronta nikmat hangat tidak terperi

renyai hujan mengiringi ijab
dari situlah sejarahnya hinggap
dengan lafaz aku terima takdir bermula
aku berteduh dalam rangkulan kasihmu jua
agar kehangatan tubuh tidak henti bergelora
kopi panas tidak tertanding didihan baranya

urat galak melentik semakin ghairah
khayal pada ketulusan dan kebenaran
bernafsu pada kenyataan dan kecintaan

hujan tidak lagi manja
bayu tidak lagi dingin
senyum tidak lagi berahi
gerimis tidak lagi manis

kebenaran tenggelam dalam kebanjiran nafsu
sebilah cahaya semakin bisu,samar mengecil
menembusi atap bocor rumbia tua yang usang
setitis harap membolos diri membasahi kamar
apa daya titisnya diserap kedap kekabu diam

kulihat mendung jingga berarak deras
sekuman cahaya pasrah menembusi kelam
kukejar, kurayu, semoga ia tidak suram
semakin aku muram,semakin deras ia pergi

hujan tidak mahu singgah lagi
aku sepi,gerimis sembunyi diri
lemah kujejaki lopak buatanmu
tidak ada apapun yang berbaki

kehausanku terlalu amat ketara
hilang punca yang baru terbina
haruskah aku terus diam disini
teraba dalam hujan tidak kurasa
desakan mendesak kalbu terdesak
igau mimpi yang panjang melonjak

awan berarak tersenyum sendiri
bukan senyuman dikamar merpati
senyum berlari senyum mengejek
terkadang penuh dengan simpati

terguris kesetiaan penanti
hangat kekasih tiada di sini
ribut dihati tiada penghujung
titis jernih membakar jantung
hangus hancur tanpa pelindung

aku semakin hangat
hangat dalam kebingungan
hangat menanti hujan pulang
hangat dipanah petir bernafsu

SHAHRIZA MAHMUD
7.01 a.m
Jumaat 5 Mei 2000